Like This, Oke !!

Bewara

Hadirilah....
DISKUSI KEBANGSAAN JILID II "Momentum Hari Pahlawan, Upaya Membangun Bandung Berdikari"
Pembicara :
1. Drs. H. Asep Dedy Ruyadi, M.Si (Wakil Ketua DPRD KOTA BANDUNG)
2. H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si (Ketua DPD KNPI KOTA BANDUNG)
3. Ust. Iman Setiawan Latief, SH (Ketua PD PERSIS KOTA BANDUNG)
4. Ridwan Rustandi (Ketua Hima Persis Kota Bandung
Jum'at, 16 November 2012
13.00-selesai
@AULA PP PERSIS (Jl. Perintis Kemerdekaan)

Graties dan terbuka untuk umum!!

KOpi gratis, Snack Gratis, dll

Organized BY
PD HIMA PERSIS KOTA BANDUNG
CP:085721502422

Rabu, 30 November 2011

Rakyat Indonesia Butuh Sosok Soe Hok-gie Jilid 2



Oleh : Hilman Rasyid*

‎"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan"
-Soe Hok-gie

Hiruk pikuk dan dinamika politik di negeri ini yang semakin rumit, menjadi sebuah momentum untuk menampilkan kembali sosok Soe Hok-gie yang hampir telah dilupakan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Di tengah krisis rasa keadilan, hilangnya rasa malu dan gencarnya semangat untuk menggugat khususnya hukum saat ini, sosok Soe atau Gie; panggilan akrabnya, pantas ditampilkan kembali di era globalisasi ini. Soe yang kita kenal sebagai orang yang cerdas, penulis produktif, pemberani, idealis murni, seorang demonstran namun romantis, aktivis tahun ’66. serta intelektual muda yang luar biasa, dan semangatnya yang senantiasa menggelegak, seakan tak peduli risiko apa pun yang bakal menimpanya karena kecintaannya pada keindonesiaan.

Sabtu, 26 November 2011

Ketika Pendidikan Telah Melahirkan Mental Bangsa yang Pragmatis

KETIKA PENDIDIKAN TELAH MELAHIRKAN MENTAL BANGSA YANG PRAGMATIS
Oleh : Hilman Rasyid*

“Semua yang kita lakukan bukan hanya karena suka atau tidak suka, nyaman atau tidak nyaman, tetapi apa yang kita lakukan itu karena suatu nilai yang kita inginkan. Walaupun kemanfaatannya kita rasakan, tetapi jika tidak sesuai dengan nilai, apalah artinya ??”

Hiruk pikuk dasawarasa ini, kita disajikan dengan berbagai santapan wacana dan problematika pendidikan di Indonesia, diantaranya tentang komersialisasi pendidikan, liberalisasi pendidikan, pragmatisme pendidikan dll. Namun saya merasa aneh ketika melihat pendidikan di Indonesia yang tidak sedikit telah melahirkan mental-mental bangsa yang pragmatis. Padahal semua orang tahu bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikannya, dan sebaliknya kehancuran suatu bangsa disebabkan buruknya mutu pendidikan bangsa tersebut  Dan mungkin keanehan itu timbul dikarenakan keterbatasan ilmuku sebagai Calon Sarjana Pendidikan. Dan mungkin nama saya telah tercantum sebagai salah satu orang yang telah diracuni oleh kaum pragmatis.

TALK SHOW “Mengenal Wahib, Menebar Toleransi”

Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK)
with
FORUM MUDA PARAMADINA
Present
TALK SHOW
“Mengenal Wahib, Menebar Toleransi”

Rabu, 23 November 2011

Sumpah Pemuda : Spirit Pembebasan Bangsa

  “Perubahan tidak akan terjadi dengan hanya diam, sebab diam bukanlah emas”  



MOMENTUM Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober menjadi spirit tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, Sumpah Pemuda menjadi tonggak awal persatuan pemuda-pemudi Indonesia dalam merebut kemerdekaan bangsa. Bagaimana tidak, catatan narasi sejarah bangsa kita mengartikulasikan pentingnya soliditas dan rasa memiliki dalam menegakkan keadilan bagi insan-insan terjajah di atas bumi pertiwi.
Melalui Sumpah Pemuda, kita disadarkan dengan beragam realitas ketertindasan bangsa Indonesia yang disebabkan kekejaman penjajahan bangsa Hindia-Belanda. Maka dari itu, penting kiranya saat ini segenap bangsa Indonesia mengambil hikmah kebijaksanaan dari perjuangan para pemuda bangsa merenggut keadilan dan kemerdekaan penuh bagi Tanah Air tercinta.

Menumbuhkan Semangat Revolusioner


oleh: Ridwan Rustansi*


“Perubahan Tidak akan terjadi tanpa adanya revolusi Dinamis”


-Riri Ari Mori-

MOMENTUM Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November menjadi daya tarik tersendiri untuk merunut kembali perjuangan para pahlawan bangsa dalam menegakkan kedamaian di Bumi Pertiwi. 

Satu hal yang harus diingat oleh para generasi bangsa ialah bagaimana kita menyikapi makna Hari Pahlawan ini sebagai upaya untuk meneruskan cita-cita bangsa yang telah lebih dulu diukir oleh para pendahulu kita.  Bukan harapan semu dalam memperingati Hari Pahlawan secara seremonial belaka lantas tak ada nilai esensial berarti, melainkan bagaimana menumbuhkan kesadaran dalam mewujudkan kehidupan yang lebih nyaman di tengah karut marut kondisi bangsa ini. 

Rabu, 05 Oktober 2011

APAKAH FILSAFAT ITU?: Dari Plato ke Deleuze & Guattari Beserta Beberapa Filsuf Sezamannya (3)


Penutup

Melihat paparan Plato di bagian awal, rupanya kearifan kuno ihwal kaitan antara pengetahuan dan pengenalan diri kini terabaikan. Pengetahuan lebih sering dikembangkan bukan untuk mengenal diri manusia sendiri, melainkan untuk mengetahui, atau bahkan mengeksploitasi, segala hal selain diri manusia. Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman abad XIX, juga sudah mensinyalir hal tersebut dengan menyatakan: “Kita tak kenal, kita (yang katanya berpengetahuan) tak kenal diri kita sendiri… niscaya kita tetap asing bagi diri kita sendiri; kita tak paham diri kita sendiri.” Hal tersebut juga menjadi keprihatinan Walker Percy, filsuf Amerika. Menurut dia, kita hidup di sebuah zaman yang lebih gila dari biasanya. Karena, kendatipun ada kemajuan besar-besaran sains dan teknologi, manusia tidak memiliki bayangan ide tentang siapa dirinya dan apa yang dia perbuat. Percy mempertanyakan kenapa hanya ada satu teori yang diterima secara umum tentang penyebab dan obat radang paru-paru akibat bakteri pneumococcus. Kenapa hanya ada satu teori tentang orbit planet, serta gaya tarik-menarik gravitasi antara galaksi kita dan galaksi M31 di Andromeda? Sementara itu, kenapa—sekurangnya—ada enam belas mazhab psikoterapi dengan enam belas teori kepribadian? Kenapa selama 2.000 tahun terakhir ini kita tak tahu lebih banyak tentang psikis ketimbang yang sudah diketahui Plato?(33)

APAKAH FILSAFAT ITU?: Dari Plato ke Deleuze & Guattari Beserta Beberapa Filsuf Sezamannya (2)

oleh Alfathri Adlin*

2. Filsafat dan Konsepsi Manusia Pada Saat Ini

Saat memasuki khazanah filsafat Barat yang menggeliat kembali masa Renaisans—setelah dibungkam Gereja di Zaman Kegelapan—lupakan berbagai isu yang pernah diangkat dalam philosophia Yunani. Tak ada lagi pandangan realitas yang hierarkis, Tuhan, spiritualitas, cetak biru primordial manusia, pengendalian hasrat, dan, terutama, kebenaran sejati. Terlebih, pada awal abad 20 filsafat mengalami peralihan ke arah bahasa atau linguistic turn, yang mengklaim bahwa analisis pemikiran dan pengetahuan harus disalurkan melalui analisis bahasa dan, karenanya, bahasa harus menjadi perhatian sentral filsafat. Salah satu kata kunci pokok adalah ‘hermeneutika’ yang membuat pemilahan subjek-objek sulit dipertahankan lagi, dan meragukan klaim objektivitas.



Senin, 03 Oktober 2011

APAKAH FILSAFAT ITU?: Dari Plato ke Deleuze & Guattari Beserta Beberapa Filsuf Sezamannya (1)

(Berhubung di FB ini ada banyak kenalan saya yang lebih otoritatif dalam hal filsafat, maka harap maklum kalau tulisan ini dbuat oleh seorang amatiran saja :-)

Sejarah filsafat yang merentang selama lebih dari dua ribu tahun memperlihatkan pergeseran makna, rumusan, orientasi dan fakultas diri yang dipergunakan untuk berfilsafat. Begitu pula dengan konsepsi manusia. Dari rentang waktu tersebut, untuk kepentingan tulisan ini, secara garis besar dibedakan dua kutub filsafat yang banyak berseberangan. Kutub pertama direpresentasikan melalui pemikiran Plato tentang philosophia beserta konsepsi manusianya, sementara kutub kedua direpresentasikan melalui kompilasi pemikiran beberapa filsuf tentang filsafat dan konsepsi manusianya, antara lain Gilles Deleuze dan Pierre-Félix Guattari, Martin Heidegger, Jacques Lacan serta akan diimbuhi dengan pembahasan tentang hermeneutika.

Selasa, 27 September 2011

“Bapa Ahmad Sobandi Ngantunkeun, Basa Sunda Tong Dipopohokeun”


oleh: Yoga ZaraAndritra*

Harita basa kuring sakola di tingkat dadasar kénéh nya éta MI (Madrasah Ibtidaiyah) di lembur nu geus kaitung buhun Cidadap tea. Kuring sok rajeun ningali pa Bandi, pulang anting mamawa buku ka imah aki kuring, pa Atik. Hiji mangsa, pa Bandi sok mamawa Majalah Iber; dina hiji mangsa nu lain mawa diktat nu disusun ku anjeuna kénéh, judulna “Babasan jeung Paribasa Sunda”, jeung diktat-diktat nu laina nu disusun ku anjeuna keur ngamumulé basa Sunda. Sangkan ulah dipopohokeun ku generasi ayeuna.

Kamis, 22 September 2011

Budaya dan Pencitraan Media*

oleh: Dudi Rustandi



Sejak menjamurnya televisi kisaran tahun 1960an di dunia Barat, sementara di Indonesia mulai menjamur tahun 1980/90-an, masyarakat telah didikte dan diarahkan oleh budaya media menuju arus citra dan suara yang selama ini belum pernah ada di rumahnya. Masyarakat mulai merasakan pengalaman subjektifitas baru saat bersenggama dengan televisi.




Jumat, 16 September 2011

Gara-Gara Sembilan

oleh: Ridwan Rustandi*

Gegap gempita euforia kemenangan Timnas Indonesia atas Turkmeninstan patut menjadi sorotan. Bagaimana tidak, kemenangan kali ini menjadi tiket untuk melaju ke ronde ketiga kualifikasi pra piala dunia 2014. Setelah berhasil menahan imbang  Turkmenistan 1-1, akhirnya bangsa Indonesia bernafas lega menyaksikan kemenangan sang garuda 4-3 di kandang sendiri. Ini menjadi prestasi yang patut dibanggakan. Pasalnya, setelah carut marut kongres PSSI yang berlangsung sekian lama para pemain Timnas menanti kepastian para punggawa PSSI tersebut. Timnas Indonesia berhasil membuktikan bahwa dalam sepak bola tanah air ada yang harus diprioritaskan ketimbang memperebutkan secara politis kursi satu organisasi sepak bola terbesar di tanah air ini. Tak peduli siapa yang memimpin roda kepemimpinan organisasi, yang jelas yang kita butuhkan (bangsa Indonesia) ialah prestasi Timnas di negeri ini. Sudah saatnya sang garuda bangkit dari tidurnya selama ini. Inilah waktunya bangsa kita mencatat narasi besar dalam sejarah persepakbolaan dunia.


Kamis, 15 September 2011

Semangat Bandung Belum Mati*


Orang tentu bertanya kenapa seri tulisan tentang Konperensi A-A 25 tahun yang lalu di Kota Bandung saya beri judul : “The Bandung Connection”.

Tiap penggemar film tegang tentu mengenal film: “The French Connection”, suatu ceritera penyelundupan narkotika oleh penyelundup-penyelundup caliber besar di Kota New York, di mana tersangkut beberapa pejabat polisi New York, kesemuanya mempunyai koneksi (connection) dengan dunia diplomatic Perancis , yang ternyata menjadi dalangnya dari segala penyelundupan itu. Itulah sebabnya kenapa film tegang ini diberi nama: “The French Connection”.

Bandung Purba*

Tangkuban Perahu dari Kejauhan



Bila pagi hari cuaca cerah, di Utara Bandung tampak gunung Tangkubanparahu yang bentuknya seperti perahu yang terbalik.

Dari gunung ini banyak kejadian alam bisa diurut ke depan atau ke belakang hingga puluhan juta tahun yang lalu.

Di selatan gunung ini, terhampar luas permukiman penduduk kota Bandung. Dari waktu ke waktu, kota ini telah mencatat prestasi dan sanjungan, karena masyarakatnya yang datang dari seluruh pelosok nusantara dan dunia, bahu-membahu untuk mengembangkan kota ini dengan penuh rasa cinta.

Bandung dan Pemusik Balada






oleh: Adew Habtsa *



Bagai jutaan serigala,menyerbu kota besar, tempat asal adalah neraka…” (SWAMI,1990)

Sontak saja jalanan macet, kota ini nyata sexy. Bagai perempuan atau lelaki sexy, semua orang ingin melihat, jikaperlu meraba-raba setiap lekuk  tempat ini. Uang cukup di kantong Anda,terbelilah segalanya. Makanan bagus, minuman segarkan haus, pakaian halus,takhanya itu pemandangan dan hawa pun lumayan mulus, sebab angin agak segar boleh berhembus. Tiap pekan, bahkan tiap hari,ribuan bahkan  jutaan orang mengerubungi kota  nan sexy ini. Konon ada rumor, bahwa kota bandung berpopulasi 4 juta pada siang hari, namun ketika malam tiba, kota ini dihuni kurang lebih 2,5 juta penduduknya.

Melepas Penat dengan Kesejukan Dago Pakar



Oleh : Shizunda Ijund*




Merasa penat dengan polusi jalanan kota Bandung? Mengunjungi wisata alam Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda bisa menjadi solusi. Tahura merupakan wisata alam yang tersisa di pinggiran kota Bandung, tepatnya terletak di Ds. Ciburial, Kec. Cimenyan.

Pesona alam membentang sepanjang perjalanan. Barisan pohon pinus yang tinggi menjulang. Angin damai menyapa wajah dengan lembut, diiringi nyanyian alam rimba yang terus mewarnai suasana Tahura (Taman Hutan Raya) Ir. H. Juanda, membuat hati tak kecewa walau menempuh perjalanan ribuan senti bagi mereka yang berjalan kaki menuju lokasi.


Antara Intelegensi & Adab

Oleh : Ayyash Aqiel

“Eh…jeng, saya bangga deh anak saya bentar lagi jadi dokter,
minggu depan mau wisuda hebat ya anak saya..?!”
“Oh gitu jeng….ya lebih hebat anak saya dong jeng, anak saya tuh dapet beasiswa dari pemerintah buat ngelanjutin S2 di luar negri supaya jadi ekonom hebat …!”
Kontras….disamping ibu-ibu bawel yang lagi ngebanggain anak-anak nya, ada seorang ibu yang Cuma mesem-mesem doank. Ibu itu di tanya oleh salah satu dari ketiga ibu yang lagi unjuk kebanggaan .
“anak jeng gimana? dari tadi ko diem terus cerita dong!”
“ah…..anak saya mah bu Cuma tamatan madrasah Aliyah, ga dilanjutin kuliah, jadi muadzin mushola aja saya mah udah seneng bu..” jawabnya agak minder lalu dibalas senyum sinis terkesan ngejek dari si jeng-jeng yang nge-jengkelin itu
.

Selasa, 09 Agustus 2011

Teori Politik

oleh : Wen's (Sekretaris Depkominfo)
ILMU politik merupakan cabang dari ilmu-ilmu sosial lain, seperti antropologi, sosiologi, psikologi, ekonomi dan sebagainya. Sampai saat ini ilmu politik memiliki perkembangan yang sangat pesat. Dalam pandangan Profesor Voegelin dalam The New Science of Politics dikatakan justru dalam keadaan yang transitoir, dalam keadaan yang tidak stabil, dalam periode revolusioner-lah, ilmu politik tampaknya cenderung untuk berkembang dengan pesat.

Sekedar Sambil Lalu Mari Kita Menggilai HTI*


oleh: Yoga HimaPercuy


Bersamaan dengan datangnya surat dari DPD HTI Kota Bandung untuk Hima Persis Kota Bandung, lantas saya seperti dibuat terkesima oleh tubuh semangat HTI. Ketika itu, HTI buat saya bagai wanita perayu, bertubuh indah dan berparas cantik. Apa yang ditawarkannya benar-benar menggairahkan. Lekukan-lekukan pergerakannya mengagumkan, indah bagai pantat di tepi pantai berpasir putih. 

Kamis, 04 Agustus 2011

Dehumanisasi Era Digital*

oleh Shizunda Ijund pada 04 Agustus 2011 jam 21:03


Dehumanisasi, sebuah kata yang begitu kontras dengan “Humanisasi”, memang sebuah kata yang ditambah awalan “de” di awalnya akan berubah jauh dari arti kata pertama. Konstruksi artinya membangun, sedangkan de+konstruksi=dekonstruksi artinya merusak. Jelas ini pun berlaku pada kata dehumanisasi yang berarti lunturnya nilai-nilai kemanusiaan.


Selasa, 02 Agustus 2011

Hikmah Pembangkangan Adam As


Oleh: Yoga HimaPercuy

Siapa yang tahu Adam itu ada, sebagai seorang muslim kita disuruh begitu saja mempercayai dongeng-dongeng tentang Adam. Ia adalah Nabi pertama sekaligus manusia pertama. Waktu penciptaan Adam,Tuhan mendapat protes keras dari malaikat. Malaikat memprotes Tuhan kaitannya dengan penciptaan Adam. Malaikat menolak kehendak Tuhan untuk menciptakan Adam. Dengan alasan, bahwa manusia punya tabiat merusak dan suka menumpahkan darah.


Selasa, 19 Juli 2011

LOGIKA DAN LITERATUR: MODAL BERPIKIR KRITIS

dipublish oleh : wen's seeker id 03



Seorang muballigh Muhammadiyah pernah dikritik dalam satu pengajian. “Setiap kali ustad datang,” ujar salah seorang yang hadir, “ada saja hadis yang di-dhaif-kan. Minggu lalu ustad men-dhaif-kan hadis qunut shubuh; sebelumnya ustad menganggap bahwa hadis maulid Nabi itu mawdhu’ (hadis buatan). Sekarang ustad menyebutkan bahwa hadis tentang bilangan takbir shalat Id itu semuanya lemah. Saya khawatir bila saya terus-menerus -mengikuti ceramah ustad habislah seluruh hadis. Lalu apa yang dapat kita jadikan pedoman?”


Senin, 11 Juli 2011

'Panduan Menjadi Gila’

oleh Yoga HimaPercuy pada 12 Juli 2011 jam 0:05


Aneh kalo ada orang yang berobsesi menjadi gila, misalnya dia cari-cari buku murah di Palasari berjudul ‘Panduan Menjadi Gila’. Di situ dikesankan bahwasannya menjadi gila adalah dambaan setiap manusia. Di situ, gila dimaknai positif. Sebetulnya dengan bersikap seperti itu ia sudah melakukan praktik-praktik kegilaan, sikapnya itu sama gilanya dengan obsesinya. Singkat kata, dia sudah menjadi gila.


ISLAM DAN IDEOLOGI BANGSA

Oleh: Andi Muhammad Nurdin
(Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Persatuan Islam)

Islam merupakan konstitusi langsung dibawah Tuhan sebagai Maha raja yang harus dipuja. Islam juga merupakan jalan fitrah manusia yang memerintahkan segenap jiwa dan raga untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan Tuhan lewat juru bicara utusan dan nabi-nabi-Nya. Berbagai pendapat di kalangan cendekiawan, ulama, sampai tokoh politik juga mengatakan demikian, setidaknya pada saat masjumi masih go public di negeri ini. Namun demikian bukan karena Islam pada era tersebut menjadi musuh utama komunis dan nasionalis sehingga dapat tampil dan percaya diri membawa Islam, memang Islam merupakan konstitusi yang syumuli (menyeluruh) terhadap seluruh lapisan manusia yang ada di setiap Negara sehingga umat muslim senantiasa memegang teguh Islam sebagai basis utama ideologi pribadinya.


Sandiwara Cinta Di Era Digital

oleh Ridwan Sangkakala pada 09 Juli 2011 jam 15:01

“kau cinta aku, bukan?” seorang gadis bertanya kepada sang pacar. ‘jelas, aku sayang kamu. Lho, ko nanya gitu?’ ujar sang pacar. “ndak, aku Cuma pengen mastiin aja, kalo kamu beneran sayang ma aku.” Balik sang cewek. ‘swear, aku beneran sayang ma kamu. Kalo gak percaya belah aja dadaku’. Balas sang pacar sembari mengeluarkan jurus klasik di dunia percintaan yang udah usang. Basi.


Kamis, 07 Juli 2011

“Sajarah (Persis) Ngalangkung Miwah Nietzsche”

oleh Yoga ZaraAndritra pada 24 November 2010 jam 14:06

Nietzsche jadi cukang lantaran pikeun kuring meredih deui makna naon baé nu kaunggel dina kecap “Pembaharu”. Geus papasten ti Gusti, kuring dibabarkeun diwewengkon Persis (Persatuan Islam) meles. Nyaéta kampung Cidadap, salah sahiji puseur Persis jeung DI (Darul Islam) nu aya di Padalarang.

Rabu, 06 Juli 2011

Sekilas: Mengapa Filsafat? Di Pusat Study Hima Persis

Ke depan, Hima Persis mestinya jadi pabrik yang memproduksi wacana tidak hanya bergerak memproduksi proposal acara saja, lebih tepatnya, tidak hanya jadi EO (event Organizer) saja. Asumsi ini berangkat dari kesadaran, keringnya Persis sebagai organisasi induk memproduksi wacana baru. Selama ini, Persis terkesan hanya mereproduksi wacana lama. Praktek pengulangan wacana macam ini dituduh jadi penyebab stagnasi dunia pemikiran Persis. Karena keringnya wacana yang diproduksi Persis (sebagai organisasi induk yang membawahi beberapa otonomnya), ini berimbas pada mandeknya tradisi literasi yang sudah dibangun sejak awal, utamanya oleh A. Hasan melalui buku-bukunya atau brosur-brosurnya yang ditempel dan seringkali dengan biaya sendiri.



Rabu, 29 Juni 2011

Bercerainya Iman dengan Amal Shalih

oleh: Yoga HimaPercuy pada 30 Juni 2011 jam 3:33

 Sebab tubuh dan jiwa tidak ada kaitannya, masing-masing punya otoritanya sendiri-sendiri. Tubuh punya mekanismenya sendiri, dan jiwa punya mekanismenya sendiri. Jika keduanya tidak saling kenal, wajar sebab keduanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Wajar jika keduanya saling tidak mengenal dan asing satu sama lain. Persoalannya, keduanya hidup dalam satu rumah yang sama, “manusia”. Oleh Descartes, manusia dipecah jadi dua entitas yang otonom.



Gaya Hidup Manusia Era Digital

Teknologi membawa babak baru bagi peradaban manusia. Daya jangkau yang luas membuat interaksi manusia dalam dimensi ruang dan waktu semakin tak terbatas. Perangkat teknologi pada dasarnya memang diciptakan untuk memudahkan manusia dalam menjalani berbagai aktivitas kehidupan. Seiring berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu, gaya hidup manusia berubah dan dominan dengan sentuhan digital.


Rabu, 22 Juni 2011

Agama Kritis

oleh: Yoga PraYoga

Agama sebuah nama yang tidak asing buat manusia-manusia Indonesia. Kenapa? Karena dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia ketidakberagamaan adalah sesuatu hal yang tabu, bahkan terkesan dilarang. Terutama semenjak orde baru berdiri, selama 32 tahun.



Sedikit Komentar Tentang Buku yang Ditulis oleh Sabrina Maharani

 
Setelah membaca buku yang berjudul “HITLER TIDAK MATI BUNUH DIRI” yang ditulis oleh Sabrina Maharani. Memang cukup memuaskan bagi seseorang yang belum banyak mengetahui bagaimana sejarah lengkap Hitler dan Nazi, dari awal karirnya hingga akhir hayatnya, akan tetapi akan sangat membosankan bagi seseorang yang telah mengaetahiunya atau mereka yang mengagumi Hitler dan Nazinya dan juga bagi mereka para penikmat sejarah dan para pemerhati sejarah.


Kamis, 16 Juni 2011

PERSIS TIDAK HANYA SEKEDAR NAMA

oleh Ayyash Aqiel pada 14 Juni 2011 jam 16:58

Sesungguhnya KECEPATAN HIDUP
setiap orang adalah SAMA,
yaitu 60 menit per jam.
Tapi,
Kecepatan KEMAJUAN HIDUP
setiap orang TIDAK SAMA.
Ada orang yang memelihara sikap
dan perilaku yang melambankan
kemajuan hidupnya,
dan ada orang yang bersikap ramah
terhadap kebaikan
dan segera bertindak memperbaiki keadaan.
This is your life, bersegeralah.

-Mario Teguh-



Pendidikan tidak gratis..Pendidikan tidak murah..setidaknya itu yang ingin disampaikan oleh Eko Prasetyo dengan teriakannya yang tragis di buku "Orang Miskin Dilarang Sekolah". Sebuah realitas yang masih terabaikan dan kita seolah tidak mau tahu yang padahal ternyata kita orang-orang yang mengaku manusia berpendidikan, manusia yang katanya dekat dengan Tuhan atau bahkan semua itu adalah bentuk ketololan akumulatif kita yang berpeci yang kitabnya selalu dikaji dan ngakunya cinta Nabi.

Kita sering menghukum pemimpin kita dengan tuduhan (yang walaupun benar) gagal melaksanakan amanah
PASAL 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, "Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan", dan Ayat (2) "Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya". Janji pemerintah ini dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan DPR 11 Juni 2003, yang ditandatangani Presiden 8 Juli 2003.

Juga dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) antara lain disebutkan: Pertama, "setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu" (Pasal 5 Ayat (1)). Kedua, "setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar" (Pasal 6 Ayat (1)). Ketiga, "pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi" (Pasal 11 Ayat (1)). Keempat, "pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun" (Pasal 11 Ayat (2)).

Kelalaian pemimpin kita memang benar adanya, tapi tidak selayaknya kita terbius dengan sibuk mengarahkan telunjuk kita menyalahkan pemerintah tanpa ada sebuah autokritik terhadap diri sebagai manusia yang mempunyai tanggungjawab dan peran serta dalam mencerdaskan bangsa, terlebih memuliakan generasi umat Islam selanjutnya dengan cara memperbaiki dan mengembangkan pendidikan Islam.

Persatuan Islam (Persis) sebagai ormas Islam yang menempatkan mainstream gerakannya dalam bidang pendidikan dan dakwah, sudah semestinya berada di garda terdepan dalam memperbaiki dan mengembangkan pendidikan Islam. Tidak seperti kuya batok yang lambat dalam pergerakannya dan mangut-mangut saja menerima semua keputusan orang tua. Persis harus progresif memperjuangkan pendidikan kalau memang emblim perjuangannya dalam pendidikan dan dakwah, tidak berpikiran kolot, taqlid dan plin-plan seolah orang bijak banyak pertimbangan padahal banyak ketakutan yang absurd. Jangan seperti pepatah 'hidup segan matipun tak mau'.

Bukankah diawal kelahiran Persis hadir sebagai wadah dalam mengembangkan pemikiran segar tentang Islam, yang bertahun-tahun dikerangkeng dalam nama Islam Tradisional ? kehadiran Persis di Bumi Pertiwi mendobrak segala kejumudan, taqlid buta dan isme-isme maupun cara pandang jahil yang membodohkan umat serta memburamkan otentisitas ajaran Islam. Para founding father-nyapun adalah orang-orang yang tercerahkan oleh Islam dan terbebaskan dari pemikiran-pemikiran kolot dan sikap menutup diri dari wawasan-wawasan kemajuan. Persis dikenal selalu berani tampil membela dan menyatakan Haq, memegang teguh apa yang diyakininya benar sesuai ajaran Islam dan pemahaman intelektualnya yang logis, tidak pro status quo. Ironis..kini Persis terpenjarakan oleh pemikiran dan cara pandang yang selama ini dilawannya. Persis kehilangan ruh pergerakannya, tidak sama dengan wajah cerah diawal pendiriannya.

Bagaimana dalam memperjuangkan, membenahi dan mengokohkan pendidikannya, paradigma berpikirnya pun ditertawakan orang. Realitas yang konyol disamping manusia lain memperjuangkan hak pendidikannya sampai mati, kita/Persis yang ngakunya dekat dengan Tuhan masih tidak peduli dengan konteks pendidikan kita yang carut marut. Sebuah contoh, salah satu Cabang Persis di Kabupaten Bandung tidak mengakui beberapa sekolah/lembaga pendidikan Persis yang diperjuangkan bertahun-tahun dengan alasan di plang sekolah tidak tercantum tulisan 'PERSIS' padahal penyelenggara pendidikan adalah ikhwan-ikhwan Persis/Pesantren Persis sendiri. Tragis.

Nama memang penting, tapi bagaimana jadinya manakala sebuah nama tanpa ruh yang sesungguhnya. Yang ada hanya tinggal nama. Ingat PERSIS TIDAK HANYA SEKEDAR NAMA !!!!