Like This, Oke !!

Bewara

Hadirilah....
DISKUSI KEBANGSAAN JILID II "Momentum Hari Pahlawan, Upaya Membangun Bandung Berdikari"
Pembicara :
1. Drs. H. Asep Dedy Ruyadi, M.Si (Wakil Ketua DPRD KOTA BANDUNG)
2. H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si (Ketua DPD KNPI KOTA BANDUNG)
3. Ust. Iman Setiawan Latief, SH (Ketua PD PERSIS KOTA BANDUNG)
4. Ridwan Rustandi (Ketua Hima Persis Kota Bandung
Jum'at, 16 November 2012
13.00-selesai
@AULA PP PERSIS (Jl. Perintis Kemerdekaan)

Graties dan terbuka untuk umum!!

KOpi gratis, Snack Gratis, dll

Organized BY
PD HIMA PERSIS KOTA BANDUNG
CP:085721502422

Rabu, 30 November 2011

Rakyat Indonesia Butuh Sosok Soe Hok-gie Jilid 2



Oleh : Hilman Rasyid*

‎"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan"
-Soe Hok-gie

Hiruk pikuk dan dinamika politik di negeri ini yang semakin rumit, menjadi sebuah momentum untuk menampilkan kembali sosok Soe Hok-gie yang hampir telah dilupakan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Di tengah krisis rasa keadilan, hilangnya rasa malu dan gencarnya semangat untuk menggugat khususnya hukum saat ini, sosok Soe atau Gie; panggilan akrabnya, pantas ditampilkan kembali di era globalisasi ini. Soe yang kita kenal sebagai orang yang cerdas, penulis produktif, pemberani, idealis murni, seorang demonstran namun romantis, aktivis tahun ’66. serta intelektual muda yang luar biasa, dan semangatnya yang senantiasa menggelegak, seakan tak peduli risiko apa pun yang bakal menimpanya karena kecintaannya pada keindonesiaan.

Sabtu, 26 November 2011

Ketika Pendidikan Telah Melahirkan Mental Bangsa yang Pragmatis

KETIKA PENDIDIKAN TELAH MELAHIRKAN MENTAL BANGSA YANG PRAGMATIS
Oleh : Hilman Rasyid*

“Semua yang kita lakukan bukan hanya karena suka atau tidak suka, nyaman atau tidak nyaman, tetapi apa yang kita lakukan itu karena suatu nilai yang kita inginkan. Walaupun kemanfaatannya kita rasakan, tetapi jika tidak sesuai dengan nilai, apalah artinya ??”

Hiruk pikuk dasawarasa ini, kita disajikan dengan berbagai santapan wacana dan problematika pendidikan di Indonesia, diantaranya tentang komersialisasi pendidikan, liberalisasi pendidikan, pragmatisme pendidikan dll. Namun saya merasa aneh ketika melihat pendidikan di Indonesia yang tidak sedikit telah melahirkan mental-mental bangsa yang pragmatis. Padahal semua orang tahu bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pada kualitas pendidikannya, dan sebaliknya kehancuran suatu bangsa disebabkan buruknya mutu pendidikan bangsa tersebut  Dan mungkin keanehan itu timbul dikarenakan keterbatasan ilmuku sebagai Calon Sarjana Pendidikan. Dan mungkin nama saya telah tercantum sebagai salah satu orang yang telah diracuni oleh kaum pragmatis.

TALK SHOW “Mengenal Wahib, Menebar Toleransi”

Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK)
with
FORUM MUDA PARAMADINA
Present
TALK SHOW
“Mengenal Wahib, Menebar Toleransi”

Rabu, 23 November 2011

Sumpah Pemuda : Spirit Pembebasan Bangsa

  “Perubahan tidak akan terjadi dengan hanya diam, sebab diam bukanlah emas”  



MOMENTUM Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober menjadi spirit tersendiri bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, Sumpah Pemuda menjadi tonggak awal persatuan pemuda-pemudi Indonesia dalam merebut kemerdekaan bangsa. Bagaimana tidak, catatan narasi sejarah bangsa kita mengartikulasikan pentingnya soliditas dan rasa memiliki dalam menegakkan keadilan bagi insan-insan terjajah di atas bumi pertiwi.
Melalui Sumpah Pemuda, kita disadarkan dengan beragam realitas ketertindasan bangsa Indonesia yang disebabkan kekejaman penjajahan bangsa Hindia-Belanda. Maka dari itu, penting kiranya saat ini segenap bangsa Indonesia mengambil hikmah kebijaksanaan dari perjuangan para pemuda bangsa merenggut keadilan dan kemerdekaan penuh bagi Tanah Air tercinta.

Menumbuhkan Semangat Revolusioner


oleh: Ridwan Rustansi*


“Perubahan Tidak akan terjadi tanpa adanya revolusi Dinamis”


-Riri Ari Mori-

MOMENTUM Hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November menjadi daya tarik tersendiri untuk merunut kembali perjuangan para pahlawan bangsa dalam menegakkan kedamaian di Bumi Pertiwi. 

Satu hal yang harus diingat oleh para generasi bangsa ialah bagaimana kita menyikapi makna Hari Pahlawan ini sebagai upaya untuk meneruskan cita-cita bangsa yang telah lebih dulu diukir oleh para pendahulu kita.  Bukan harapan semu dalam memperingati Hari Pahlawan secara seremonial belaka lantas tak ada nilai esensial berarti, melainkan bagaimana menumbuhkan kesadaran dalam mewujudkan kehidupan yang lebih nyaman di tengah karut marut kondisi bangsa ini.