Like This, Oke !!

Bewara

Hadirilah....
DISKUSI KEBANGSAAN JILID II "Momentum Hari Pahlawan, Upaya Membangun Bandung Berdikari"
Pembicara :
1. Drs. H. Asep Dedy Ruyadi, M.Si (Wakil Ketua DPRD KOTA BANDUNG)
2. H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si (Ketua DPD KNPI KOTA BANDUNG)
3. Ust. Iman Setiawan Latief, SH (Ketua PD PERSIS KOTA BANDUNG)
4. Ridwan Rustandi (Ketua Hima Persis Kota Bandung
Jum'at, 16 November 2012
13.00-selesai
@AULA PP PERSIS (Jl. Perintis Kemerdekaan)

Graties dan terbuka untuk umum!!

KOpi gratis, Snack Gratis, dll

Organized BY
PD HIMA PERSIS KOTA BANDUNG
CP:085721502422

Senin, 05 November 2012

Ti Bihari, Kiwari, tug Nepi ka Jaga

oleh: Budi Wahyudi Akang Saréréa

    Di hiji wewengkon kacaritakeun aya jalma nu ngaran Enjang, nalika aya ririungan diantara babaturanana, Enjang kanyahoan bet suwung tegesna teu milu ngariung dina mangsa harita téh. Ceuk salah saurang babaturanana, pangna Enjang teu datang téh alatan manéhna keur aya di Jakarta, ngalongok nu jadi dulurna diditu. Ceuk saurang deui, cenah Enjang téh keur uubar ka Garut alatan katarajang hiji panyakit. Ceuk saurang deui, Enjang keur aya di Djogja, keur pelesiran. Tina tilu rupa iber éta, mustahil aya dua atawa kabéhanana bener, nu pasti mah salahsahijina nu bener mah atawa bisa waé kabéhanana gé salah. Lamun urang geus yakin kana salahsahiji iber éta, tangtu iber anu béda jeung kayakinan urang,tangtu éta iber téh salah. Mustahil urang nganggap tiluanana bener, yén harita Enjang téh keur aya di Jakarta sakaligus uubar di Garut bari pelesiran di Djogja, tangtu éta pamikiran sasar tur salah.
    

Jumat, 26 Oktober 2012

Nyoréang Mangsa ka Tukang, Mapay Raratan Carita Baheula


By Budi Wahyudi Akang Saréréa

Salah sahiji eusining al_Qur'an al_Karim nyaéta mangrupa babad atawa kisah, sok sanajan kitu dina émpona mah al_Qur'an téh teu medar kalawan teleb "kumaha kajadianana éta babad?" tapi "aya hikmah naon disatukangeun éta babad?".

Dina babad Qurban nabi Ibrahim a.s ogé nu penting mah naon cutateunana tina éta babad. Nyaéta katetegan manah nu jadi bapak diuji Allah ku cara meuncit putra hiji-hijina, anu tangtu meunang hayang jeung teu mangmang deui dina mikanyaahna. Tapi kulantaran taya nu leuwih diutamakeun lian ti paréntah Allah, mangka Ibrahim teu loba lénglé, terus baé migawé kana éta paréntah Allah, nepika Allah nebus putrana Ibrahim (Ismail a.s) ku peupeuncitan anu lintuh, minangka panyecep atawa buruh tina kasabaran Ibrahim.Teu cukup kitu Allah maparinan walesan pikeun jalma anu taqwa, lajeng Allah maparinan kabungah ku medalna hiji putra, Ishaq a.s kakasihna.Ieu babad tiasa diuninga dina al_Qur'an diantarana surat : ash_Shaffat ayat 101-112.

Senin, 01 Oktober 2012

MUSLIM DI PERSIMPANGAN FITNAH (telaah kritis film Inocent of Muslim)

oleh: Alam Permana*

Innocent of Muslim, sebuah film kontroversial yang saat ini menjadi hot line teranyar dalam lembar pergolakan konflik antara Islam dan “barat” dalam hal ini di refresentasikan oleh duta-duta propagandis yang mengatasnamakan kemanusiaan ketika berbicara tentang kebaikan-kebaikan akal budi yaitu sang penjaga perdamaian dunia (Amerika).



Minggu, 30 September 2012

Apa yang Harus (Tidak) Dilakukan? Sebuah Pembacaan Imbisil



Muhammad Ridha,  Anggota Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP)



Judul Buku : Materialisme Dialektis: Kajian Tentang Marxisme dan Filsafat Kontemporer
Penulis : Martin Suryajaya
Penerbit : Resist Book, Yogyakarta
Tahun : 2012
Halaman : xvi + 377

‘Geist ist ein Knochen’ –Hegel, Einführung in die Ästhetik-
BUKU Martin Suryajaya kali ini, adalah mengenai Marxisme sebagai sebuah metode berpikir; tentang kelemahan prinsipil relativisme yang sekarang ini berwujud dalam rupa filsafat pasca modern; mengenai pentingnya realisme dalam filsafat sebagai upaya penyelamatan filsafat dari dirinya sendiri; catatan-catatan mengenai keterbatasan inheren pemikiran kontemporer yang bertujuan emansipatif namun tanpa landasan realis (yang secara jenaka ditampilkan Martin melalui eksplitisasi absurd atas kesimpulan pemikiran tersebut); mengenai problematika ‘hantu’ hegelian dalam tubuh epistemologi Marxisme; dan, yang tidak kalah pentingnya, mengenai pentingnya keberadaan politik pengetahuan dalam Gerakan Kiri di Indonesia kontemporer.

Alain Badiou Dan Masa Depan Komunis


Danny Pattiradhawane, anggota Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP)


Judul Buku: Alain Badiou dan Masa Depan Marxisme

Pengarang: Martin Suryajaya
Tebal Buku: xxi + 299 hal.
Penerbit: Resist Book, Yogyakarta
Edisi: Cetakan Pertama, Agustus 2011


BUKU KARANGAN Martin Suryajaya (selanjutnya: MS) ini pantas disambut dengan antusias oleh kalangan kiri di Indonesia pada umumnya dan secara khusus di Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP). Paling tidak ada dua alasan yang melatari rekomendasi ini: pertama, MS memperkenalkan pemikiran kiri kontemporer, dalam hal ini Alain Badiou secara komprehensif. Sejauh pengetahuan saya, di kalangan aktivis kiri belum ada satu buku yang mengupas pemikiran Alain Badiou secara komprehensif. Kita pun pernah mengalami perdebatan yang tidak bermutu di mana Marx, Lenin, Trotsky dan tokoh-tokoh Marxis klasik dikutip-kutip secara serampangan, dijadikan semacam kitab suci, seolah-olah Marxisme berhenti sampai di situ. Perkembangan marxisme kontemporer yang pesat, yang sudah meninggalkan ajaran-ajaran klasik, sering kali tidak sanggup diikuti dan enggan dipelajari oleh mereka yang sudah berpuas diri dengan pengetahuan naskah-naskah klasik yang terbatas dan diselimuti oleh jargon-jargon revolusioner yang mengasyikkan.

Rabu, 26 September 2012

Proposal di Tangan Kaum Aktivis

Tak terkecuali, kader Hima Persis pun kerapkali (banyak yang) terperangkap di mata rantai yang selama ini membelenggu "kaum aktivis". Mata rantai itu berupa siklus yang tak putus-putus terus dipraktekan secara tidak sadar dan diterima sebagai pencapaian tertinggi (kebajikan tertinggi), yaitu siklus yang endingnya mengantarkan sang aktivis ke kursi kekuasaan (duduk di kursi empuk kaum birokrat).


Persepsi kebajikan macam ini secara tidak sadar telah menjadikan mereka salah satunya sebagai kader pembuat proposal, yang bisa jadi setiap saat ada dalam kondisi harap-harap cemas menunggu proposalnya di-ACC oleh penguasa. Proposal bukan lagi sekedar proposal, pada titik itu ia berfungsi sebagai alat legitimasi disayang oleh penguasa (yang punya kuasa, biasanya proposal sang aktivis diajukan pada kaum birokrat sebab mereka dipandang sebagai sang empunya; uang, link, dan lain sebagainya).


Senin, 24 September 2012

Menjernihkan Apa yang Dimaksud dengan Visi Politik Persis yang Realistik (Tambahan buat Fauzal Ihsan)

Sebetulnya ini gagasan lama, yang saya maksud dengan Visi Politik Persis yang realistik adalah saat ketika Persis mentahbiskan dirinya masuk di barisan pendukung cita-cita Natsir, namun tidak serta merta menelan bulat-bulat gagasan dan cita-cita Natsir, melainkan mengkontekstualkannya ke realitas politik hari ini.

Kita tahu, cita-cita itu adalah tegaknya syariat Islam di Indonesia (dalam bahasa lain mungkin Negara Islam Indonesia) tapi terlebih dahulu melalui jalur perjuangan konstitusional, bisa dikatakan gerakan Natsir adalah gerakan  Islam Politik  yang memilih jalur halus, berbeda dengan gerakan Kartosuwiryo yang lebih radikal dan terkesan revolusioner. 

Sejenak saya ingin mengajak kawan pembaca untuk melayangkan ingatannya ke masa lalu, terutama ke masa di mana pergumulan gagasan Islam Politik masih ramai dibicarakan.

Di era Orde Lama cita-cita Islam Politik selalu ditautkan dengan Masyumi dan di era pra kemerdekaan ditautkan kepada Syarikat Islam. Saya tidak ingin mengulas tentang SI. Langsung masuk saja ke era Orde Lama, dan Masyumi sebagai gerbong ide itu ternyata kandas dipangkas oleh Bung Karno. Masyumi dibubarkan bersama-sama dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia).


Sabtu, 08 September 2012

Tentang Persatuan Islam: Mengafirmasi Politik Dengan Kejelasan Teori

(Tambahan untuk Yoga ZaraAndrita)

Oleh: Ihsan Fauzal Firdaus

Sekitar delapan dekade ke belakang kita menyaksikan perubahan radikal antara realitas Islam dan politik. Patut disebutkan keberadaan Pan-Islamisme sebagai pionir awal munculnya perhatian mendalam terhadap realitas politik di masa itu. Dalam literatur ke-tafsir-an kita melihat pergantian “musim” semenjak munculnya Tafsir al-Manar karya Rashid Ridha, murid terbaik Abduh. Tidak bisa terelakkan pula implikasi praksis dari perubahan paradigma tafsir ini. Di antara yang patut kita tilik adalah munculnya Ikhwan al-Muslim (Muslim Brotherhood) pada tahun 1928. Hassan al-Banna, seorang pelopor dan perumus awal bagi terjadinya Ikhwan al-Muslim, sangat terpengaruhi oleh karya-karya Ridha ini.

Senin, 03 September 2012

Persis dan Ketiadaan Visi Politik yang Realistik

Anggap saja, realitas sekarang ini adalah buku, sebagai seorang pembaca, kita kerapkali sulit untuk mengabaikannya. Mau tak mau kemudian kita membaca. Sebagai referensi untuk melangkah. Melangkah yang saya  maksud bukan melangkah sendiri-sendiri sambil abai terhadap lalu lintas peristiwa yang di belakangnya sudah selalu hadir rekayasa.

Sebut saja Isa Anshori, pernah di masa itu beliau mengemukakan gagasannya tentang pentingnya Persis (Persatuan Islam) ditransformasi menjadi Partai Politik. Namun pada akhirnya kandas sebelum terwujud. Sebabnya, itu gagasan terlalu beresiko.

Senin, 20 Agustus 2012

Ekonomi dan “E-commerce” (@Jejaring Pikiran Rakyat, 4 Juni 2012)

Oleh IHSAN FAUZAL FIRDAUS

MEMBICARAKAN teknologi laiknya membincang anak sendiri. Hal tersebut dimungkinkan karena teknologi sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia; dimulai dari Televisi, MP3, handphone, komputer, dll. Di jaman sekarang, semua produk teknologi tersebut sangat dekat dengan diri kita. Internet adalah salah satu bentuk yang diakibatkan dari munculnya teknologi. Internet, dengangoogling, mengetik keyword yang dicari, terus klik enter, maka akan muncul informasi yang kita mau. Internet merupakan anak sah dari rahim teknologi yang sekarang mulai gencar dengan berbagai serbuan gadget-nya. Kita bisa mengakses internet dimana dan kapan pun kita mau, baik lewathandphone, iPhone, komputer atau yang lainnya.

Haji Hasan Mustapa Sobatna Snouck Hurgronje*

Saacana kuring teu apal saha ari Haji Hasan Mustapa teh.  Ngadenge ngarana oge can kungsi, komo deui neleuman pamikirana. Harita ceuk beja, barudak AF (Aqidah Filsafat) ngayakeun diskusi pamikiran Haji Hasan Mustapa, nu tempatna di Puskom. Pupuhu nu dibere kalungguhan sangkan ngaping barudak neleuman pamikiran Haji Hasan Mustapa, teu sirik deui nyaeta Baba Icon, salah saurang jelema nu layeut jeung pamikiran HHM. Lain salah saurang meureun, malihan mah hiji-hijina nu masih keneh nguplek ngaji karya-karya HHM di tatar UIN Bandung ieu. Puguh we layeut, lain ceuk rumor atawa ceuk desas-desus, kuring meunang katrangan langsung ti manehna yen manehna (Baba Icon/Ahmad Gibson al-Bustomi) ti S2 keneh ngagarap tesis ngeunaan Haji Hasan Mustapa, dituluykeun ayeuna disertasina oge masih ngeunaan Haji Hasan Mustapa (HHM). 

Politik dan Parpol*

Menarik sekali mengikuti diskusi di acara Indonesia Bicara yang disiarkan oleh Global TV. Terutama statement-statement yang dilontarkan Usman Hamid dan kritiknya terhadap lembaga survey serta kehidupan demokrasi di Indonesia. Menurutnya, berdasarkan pada gagasan Robert Dawn, demokrasi di kita adalah demokrasi dangkal yang pada prakteknya adalah oligarki.

Sebab, seperti yang tercermin dalam hasil survey dan mekanisme survey yang dilakukan lembaga-lembaga survey. Lembaga survey di kita terjebak pada paradigma pikir yang berfokus pada elit-elit bukan pada platform/program apa dan ideologi apa yang diusung sehingga mampu membawa Indonesia menyelesaikan masalah-masalahnya. Menurutnya,  demokrasi di kita maknanya menjadi dangkal karena hanya berkutat di seputar elit-elit parpol.

PEMUKA AGAMA YANG SOSIALIS *

Sebagai muslim olahan tradisi modernis, yaitu tradisi logis yang suka kadung menganggap diri sendiri benar dan yang lain salah. Kita kerapkali susah menangkap hikmah yang berserak di jalan. 

Kali ini di salah satu televisi milik keluarga Bakrie. Ada yang menarik dari sosok seorang Nasrani bernama Martini. Secara gagasan dan kerja sosialnya beliau menginspirasi saya. 

Jumat, 18 Mei 2012

Analisis RUU Pendidikan Tinggi

oleh Hilman Rasyid pada 4 April 2012 pukul 9:02 ·









Analisis Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU-PT)
Oleh : Hilman Rasyid*

1.Adanya Neo-liberalisme di balik RUU-PT, karena adanya pengurangan peran pemerintah, adanya pasar bebas dan individualism.

2.Adanya Kastanisasi Pendidikan Tinggi di dalam pasal 52 ayat 1, yang terdiri dari; otonomi penuh, semi otonom dan otonom terbatas. Kastanisasi perguruan tinggi negeri (PTN) tetap akan terjadi, karena RUU PT hanya mengganti baju dari PT BHMN menjadi PT otonom, dari PT Badan Layanan Umum (BLU) menjadi PT semi otonom, dan PTN regular menjadi otonom terbatas. Dan perguruan tinggi swasta (PTS) tetap akan terdiskriminasi. Otonomisasi ini bisa berakibat adanya privatisasi di perguruan tinggi negeri (PTN).

Menanam Benih-benih Revolusi melalui Gerakan Sempalan*

oleh Yoga ZaraAndritra pada 13 Maret 2012 pukul 16:35 ·





Revolusi, Konon Katanya Marx

Tentu kita mengenal Marx, seorang pemikir yang dielu-elukan oleh sebagian orang yang akrab dengan wacana pembebasan. Bagi mereka, Marx adalah rujukan/ referen buat membangun satu kesadaran kritis (melawan). Marx dielu-elukan bukan karena kualitas dirinya yang, misalnya sukses sebagai pemimpin keluarga. Dia, kita tahu semua gagal memimpin keluarga, mencukupi hajat hidup keluarganya. Ekonomi keluarganya ditopang oleh sahabatnya yang memiliki pabrik di Inggris, yaitu Engels.

Kamis, 16 Februari 2012

Proposal di Tangan Kaum Aktivis


oleh Yoga ZaraAndritra pada 17 Februari 2012 pukul 0:55 ·





Tak terkecuali, kader Hima Persis pun kerapkali (banyak yang) terperangkap di mata rantai yang selama ini membelenggu "kaum aktivis". Mata rantai itu berupa siklus yang tak putus-putus terus dipraktekan secara tidak sadar dan diterima sebagai pencapaian tertinggi (kebajikan tertinggi), yaitu siklus yang endingnya mengantarkan sang aktivis ke kursi kekuasaan (duduk di kursi empuk kaum birokrat).