Ke depan, Hima Persis mestinya jadi pabrik yang memproduksi wacana tidak hanya bergerak memproduksi proposal acara saja, lebih tepatnya, tidak hanya jadi EO (event Organizer) saja. Asumsi ini berangkat dari kesadaran, keringnya Persis sebagai organisasi induk memproduksi wacana baru. Selama ini, Persis terkesan hanya mereproduksi wacana lama. Praktek pengulangan wacana macam ini dituduh jadi penyebab stagnasi dunia pemikiran Persis. Karena keringnya wacana yang diproduksi Persis (sebagai organisasi induk yang membawahi beberapa otonomnya), ini berimbas pada mandeknya tradisi literasi yang sudah dibangun sejak awal, utamanya oleh A. Hasan melalui buku-bukunya atau brosur-brosurnya yang ditempel dan seringkali dengan biaya sendiri.
Pusat Study Hima Persis, disadari atau tidak, artinya menjadi sangat penting sebab ini jadi semacam wahana kader-kader Persis mengeksplorasi minat-minat pemikirannya mau dibawa ke arah mana. Ada beberapa bidang study yang ditawarkan dalam Pusat Study Hima Persis ini. Bukan kebetulan tapi saya mengajukan diri buat mengurusi salah satu bidang study yang masih dipandang asing dan antah berantah di lingkungan Persis sendiri. Karena sifatnya yang kadang-kadang destruktif dan nyeleneh study ini kerpkali dijauhi bahkan diharamkan. Bidang study itu orang-orang sering panggil, study FILSAFAT. Pada kesempatan kali ini saya disuruh buat bikin format macam apa study FILSAFAT hendak diselenggarakan.
Pusat Study sebenarnya gagasan lama namun baru terealisasi di masa-masa sekarang. Dan mudah-mudahan ke depan memang jadi benar-benar pusat study yang mencerahkan dan mampu menjadi dapur kader-kader Hima Persis mengolah pikirannya.
Kenapa bidang study filsafat mesti ada? Itu pertanyaan kritis yang kemudian muncul di tengah kawan-kawan Hima Persis sekalian. Padahal filsafat yang kita kenal dan popular berasal dari negeri yang bukan Islam bahkan penyembah dewa-dewa yang banyak, yaitu negeri Yunani. Oleh karenanya disinyalir bisa merusak aqidah, aqidah kita yang Islam dan lurus. Maka dianggap, oleh karenanya filsafat yang kita kenal saat ini berasal dari Yunani dan bukan Islam, filsafat pun jadi seolah bukan Islam, struktur berpikir dan keyakinannya pun bukan Islam. Dan maka kita mesti menjauhinya dan mengharamkannya. Tentu saya akan jawab, pemahaman macam itu adalah pemahaman yang sempit dan serampangan.
Sebab filsafat yang nanti akan kita garap bukanlah filsafat yang mesti diyakini apalagi dianut sebagai agama. Adapun hari ini yang kita kenal, filsafat berasal dari Yunani itu hanya konsekuensi dari lemahnya kebudayaan Islam saat ini yang tidak bisa mengimbangi kebudayaan barat sehingga saat ini kebudayaan barat dominan. Dan berhasil mengaburkan pandangan kita yang objektif. Objektif yang saya maksud adalah, bahwasannya disamping filsafat dari Yunani ada pula filsafat Cina, India, Islam dan lain-lainnya. Banyak ragam filsafat di muka bumi ini tapi mata kita jadi rabun karena tipu muslihat dominasi perdaban barat.
Sederhananya saya mau katakan bahwasannya filsafat tidak lain adalah hasil olah pikir manusia. Ada yang di Cina, ada yang di India, ada yang di Yunani dan ada yang di dunia Islam. Factor tempat jadi penting oleh karenanya dari tempat-tempat yang berbeda itu, manusia berpikir secara berbeda pula. Maka lahirlah corak filsafat yang berbeda-beda. Kita di sini sebagai pelajar hendak mempelajari yang berbeda-beda itu. Mengambil manfaat dari cara berpikir mereka yang berbeda-beda.
Selain dari itu, filsafat menurut kesepakatan banyak orang yang ahli, didefinisikan sebagai cara berpikir yang mesti radikal. Oleh karenanya, pasti manusia yang mengamalkan mode berpikir radikal ia mensyukuri akalnya. Dan itu yang mau kita teladani dari filsafat di Pusat Study ini. Bukankah, Ali (entah Umar) pernah berkata bahwasannya barangsiapa yang tidak menggunakan akalnya ia belumlah beragama. Juga dalam khazanah keilmuan Islam klasik, filsafat sering diartikan hikmah. Bersamaan dengan itu hadits yang menyatakan "ambillah hikmah dimanapun ia berada sebab itu milik orang mukmin", sering disitir-sitir sebagai motivasi untuk mempelajari ilmu yang berasal dari manapun. Selain hadits, “carilah ilmu sampai ke negeri Cina”.
Dari cara berpikir yang radikal, yang ditawarkan sekelompok orang melalui filsafatnya. Mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat darinya dan kemudian sampai ke dasarnya pula, ke inti segala apa yang kita pikirkan, sehingga kita menemukan apa yang dinamakan kebijaksanaan untuk diberitakan pada yang lain. Sebab tugas kita sebagai ulama (orang yang berpikir) setelah menemukan kebijaksanaan adalah mengabarkannya. Kita memperoleh wahyu pada saat itu dan diberi tanggung jawab untuk menyebarkannya pada yang lain. Itulah kita saat menjadi ulama, adalah pewaris para nabi, “sampaikanlah ilmu walau satu ayat”. Apa yang kita akan sampaikan jika kita tidak berilmu dan serius menekuni ilmu yang kita pelajari.
Itulah kiranya sekilas alasan kenapa filsafat yang menjadi salah satu bidang study di Pusat Study Hima Persis ini. Hehehe
Ditulis oleh Yoga ZaraAndritra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar