Like This, Oke !!

Bewara

Hadirilah....
DISKUSI KEBANGSAAN JILID II "Momentum Hari Pahlawan, Upaya Membangun Bandung Berdikari"
Pembicara :
1. Drs. H. Asep Dedy Ruyadi, M.Si (Wakil Ketua DPRD KOTA BANDUNG)
2. H. Dedi Supandi, S.STP, M.Si (Ketua DPD KNPI KOTA BANDUNG)
3. Ust. Iman Setiawan Latief, SH (Ketua PD PERSIS KOTA BANDUNG)
4. Ridwan Rustandi (Ketua Hima Persis Kota Bandung
Jum'at, 16 November 2012
13.00-selesai
@AULA PP PERSIS (Jl. Perintis Kemerdekaan)

Graties dan terbuka untuk umum!!

KOpi gratis, Snack Gratis, dll

Organized BY
PD HIMA PERSIS KOTA BANDUNG
CP:085721502422

Selasa, 09 Agustus 2011

Sekedar Sambil Lalu Mari Kita Menggilai HTI*


oleh: Yoga HimaPercuy


Bersamaan dengan datangnya surat dari DPD HTI Kota Bandung untuk Hima Persis Kota Bandung, lantas saya seperti dibuat terkesima oleh tubuh semangat HTI. Ketika itu, HTI buat saya bagai wanita perayu, bertubuh indah dan berparas cantik. Apa yang ditawarkannya benar-benar menggairahkan. Lekukan-lekukan pergerakannya mengagumkan, indah bagai pantat di tepi pantai berpasir putih. 

Mereka datang ke alam bawah sadar saya dengan kejutan sarat makna perlawanan. Beruntung kejutannya bukan kejutan klimaks yang dirasakan hanya sedikit dan hanya sebentar. Kejutan-kejutannya berirama dan bernada konsisten, sehingga tak ada sepasi untuk tak menikmatinya. Dengan gagasan dan kejutan-kejutannya mereka seperti mau membangun sesuatu yang besar, besar sekali sampai-sampai tak ada godam yang mesti bisa menghancurkannya. Cita-cita mereka besar, gagasannya besar mencakup segalanya.

Lihat, dengan gagasannya yang teramat besar mereka jadi bertindak massif-progresif. Di mana-mana mereka ada, hampir di setiap tempat bernama masjid di pusat-pusat kota, mereka hadir walau wujudnya tidak berupa darah dan daging, tapi berupa selebaran-selebaran kertas yang di sana-sini banyak disisipi tulisan Arab. Mereka seperti mau mengabarkan pada kita yang tidak mengimaninya, “lihat telah muncul hantu-hantu baru di dunia ini yang siap menerkam dan menakut-nakuti kita sebagai lawannya”.

Setiap saat melalui selebaran berupa bulletin atau Koran, mereka terus menyangkal kenyataan, bersamaan dengan itu mereka mengkontruksi kenyataan baru melalui untaian kata yang mereka susun. Gerakan mereka, gerakan sungguh-sungguh, gerakan yang tidak mentolerir kelalaian. Saat kebanyakan ormas Islam tunduk patuh-sumuhun dawuh pada pemerintah, mereka malah berkata, “di sana-sini banyak ketimpangan”. Saat ormas-ormas Islam lain diam pasrah, menerima kenyataan system pendidikan yang disuguhkan pemerintah, lagi-lagi HTI menyangkal kenyataan itu, dengan berkata, “pemerintah melakukan pembodohan tersistematis minimal melalui lembaga-lembaga pendidikan yang ada di bawahnya”. Ketundukan, kepasrahan dan kepatuhan bagi HTI, agaknya adalah suatu kelalaian yang secara sadar kebanyakan ormas Islam praktikan. Oleh karenanya, mereka seperti mau mengukuhkan diri menutupi bolong-bolong kelalaian yang oleh kebanyakan ormas Islam lakukan. Sungguh mulia apa yang mereka lakukan.

Saat kebanyakan ormas Islam kehilangan tujuan, blur dalam arah gerakannya, tak tentu dan seolah tak bervisi luhur. HTI justru sebaliknya, mereka menantang penyakit dunia bernama kapitalisme, konglomerasi, dan dominasi barat secara konkret materil. Meski banyak orang menyangkal cita-cita dan visinya yang teramat luhur yaitu tegaknya khilafah di muka dunia ini. Namun pada batas-batas tertentu analisis mereka begitu mengakar dan konkrit. Apa yang mereka kritisi benar-benar kita rasakan adanya, namun kita abai untuk sekedar meliriknya. Kenyataan yang carut marut ini, yang bahkan kita sendiri takut bersitatap dengannya, mereka suarakan dengan suara paling lantang. Namun kita abai, seraya menutup telinga seperti takut ditelan kenyataan yang serba mengerikan. 

*Catatan Pengantar Tidur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar